RSS

Final Destination '5' 3D


Jakarta- Sam (Nicholas D'Agosto) melihat jembatan yang sedang dia lewati bersama rekan kerjanya, hancur. Diawali dengan getaran, kemudian retakan-retakan sampai akhirnya jatuh berkeping-keping. Puluhan orang meninggal dengan cara mengenaskan, termasuk teman-temannya. Tubuh terpotong-potong, tercabik-cabik, tersiram minyak panas, kejatuhan mobil dari atas jembatan. Singkatnya, cara meninggal paling tidak menyenangkan yang bisa kita bayangkan.


Sampai akhirnya Sam kembali ke masa sekarang dan tersadar bahwa itu semua hanyalah bayangan. A vision. Dia pun berusaha untuk menyelamatkan dirinya dan teman-temannya. Sam meyakinkan rekan sejawatnya untuk meninggalkan bis dan berusaha menghindar dari maut. Beberapa saat setelah sampai di luar jembatan, mereka melihat jembatan itu runtuh seperti bayangan Sam.

Semuanya memiliki pertanyaan yang sama: bagaimana Sam bisa melihat hal ini sebelum terjadi? Tapi, itu tidak penting dibandingkan apa yang akan mereka hadapi. Karena kematian bukanlah pembunuh berantai yang (bisa) melupakan calon korbannya. Kematian akan mendekati mereka dan dia tidak akan pergi sebelum misinya berhasil.

Kedengarannya seperti sebuah spoiler (bocoran) yang bisa jadi merusak pengalaman menonton sebuah film. Tapi, tidak dalam kasus 'Final Destination'. Horor remaja yang dipelopori oleh James Wong di awal milenium ini memang sudah unik dari awal. Premisnya bukanlah seorang pembunuh berantai, monster atau bahkan hantu yang menghabisi seluruh karakternya satu per satu. Melainkan, kematian itulah sendirilah yang menjadi "pemain" utama dari seri ini. Dan, itu pada akhirnya membuat 'Final Destination' menjadi menonjol dibandingkan dengan horor remaja sejenis.

Seri kelimanya kini diarahkan oleh Steve Quale dengan menawarkan pengalaman 3D yang spektakuler. Penonton diharapkan bisa merasakan “kematian” dengan lebih dekat dengan teknologi yang sedang trend ini. Hasilnya lumayan memuaskan dan jauh lebih berhasil ketimbang seri sebelumnya, 'The Final Destination', yang menggunakan teknik converter ketimbang menggunakan kamera 3D asli. Anda bisa membuktikannya melalui pembukaan filmnya yang unik: kaca yang pecah dalam slow-motion dengan berbagai benda yang merupakan rangkaian penyebab kematian yang pernah “tercatat” dalam seri 'Final Destination'.

Selain faktor 3D tadi, faktor utama yang paling menggiurkan dari 'Final Destination 5' adalah bagaimana kita melihat para karakter utama yang selamat dari bencana tadi menghadapi kematian yang mendatangi mereka satu per satu. Dengan angka 5 di belakang judulnya, kita benar-benar berharap agar penulis skenarionya bisa menciptakan adegan-adegan kematian yang lebih kreatif dan mencekam. Mulai dari operasi laser mata (yang sepertinya akan membuat trauma) sampai pengobatan tradisional akupuntur.

Hampir semua adegan kematian cukup mengagetkan dan lumayan intens. Namun, dibandingkan dengan keempat seri sebelumnya, 'Final Destination 5' adalah seri 'Final Destination' yang paling “karatan” dari segi kematian-kematian karakternya.

Menuju ke akhir film, sang penulis skenario Eric Heisserer terlihat berusaha super keras untuk menghindari klise yang sudah terjadi dalam seri-seri sebelumnya. Usahanya patut diberi acungan jempol, meskipun hasilnya biasa-biasa saja. Untunglah, Heisserer menebusnya dengan sebuah twist yang cukup menarik di akhir film.

Para aktornya pun bermain cukup bagus, mengingat mereka hanya sebagai "penghias" sebelum mereka dijemput kematian satu per satu. Mereka bisa menyalin akting para aktor di seri sebelumnya yang "peran"-nya kurang lebih sama. Bahkan beberapa dialognya, seperti "I had a vision" merupakan copy-paste dari seri sebelumnya (yang selalu ada di seluruh seri 'Final Destination').

'Final Destination 5' memang bukanlah sebuah film horor revolusioner seperti seri pertamanya. Di beberapa momen, kita merasa bahwa skenario kematiannya sangat dipaksakan. Namun, siapa yang peduli? Saat Anda masuk ke teater dan melihat tulisan 'Final Destination 5' di layar, Anda sudah tahu apa yang akan Anda lihat. Dan kita akan tetap menikmatinya sampai film berakhir.

Menonton orang menjerit, berlumuran darah dan akhirnya tertusuk besi tajam memang merupakan pengalaman sinematik yang cukup magis. Menyenangkan dengan caranya sendiri. Dan jangan lupa, semua ini ditampilkan dalam 3D. Pertanyaannya, apakah Anda sudah siap paranoid?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Komentarnya Mas Bro